Saturday, 25 June 2016

BILA AKU CERITAKAN NESCAYA HALAL DARAHKU

Assalamualaikum wbt...

Sangatlah sulit pabila menjelaskan hakikat dan makrifat kpd orang2 yg mpelajari agama hnya pada
tataran Syariat saja, mnghafal ayat-ayat Al-Qur’an & Hadis akan tetapi tk mmiliki ruh drpd Al-Qur’an itu sendiri. Padahal hakikat dari Al-Qur’an itu adalah Nur Allah yang tidak berhuruf dan tidak bersuara, dgn Nur itulah Rasulullah SAW memperoleh pengetahuan yang luar biasa dari Allah SWT.

Hafalan tetap lah hafalan dan itu tersimpan di otak yang dimensinya rendah tidak akan mampu
menjangkau hakikat Allah, otak itu baharu sedangkan Allah itu adalah Qadim sudah pasti Baharu tidak akan sampai kepada Qadim. Kalau anda cuma belajar dari dalil dan mengharapkan ianya blh sampai kehadirat Allah dengan dalil yang anda miliki maka saya memberikan jaminan kepada anda: PASTI anda tidak akan sampai kehadirat-Nya.

Ketika anda tidak sampai kehadirat-Nya sudah pasti anda sangat hairan dengan ucapan orang-orang
yang sudah bermakrifat, blh berjumpa dengan Malaikat, berjumpa dengan Rasulullah SAW dan melihat Allah SWT, dan anda menganggap itu sebuah kebohongan dan sudah pasti anda mengumpulkan lagi puluhan bahkan ratusan dalil untuk membantah ucapan para ahli makrifat tersebut dengan dalil yang menurut anda sudah benar, padahal kadangkala dalil yang anda berikan justru sangat mendukung ucapan para Ahli Makrifat cuma sayangnya matahati anda dihijabkan oleh hawa nafsu, dalam Al-Qur’an disebut Qatamallahu ‘ala Qukubihum (Tertutup mata hati mereka) itulah hijab yang menghalangi anda menuju Tuhan.

Rasulullah SAW menggambarkan Ilmu hakikat dan makrifat itu sebagai “Haiatul Maknun” artinya
“Perhiasan yang sangat indah”. Sebagaimana hadis yang dibawakan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda :

“Sesungguhnya sebagian ilmu itu ada yang diumpamakan seperti perhiasan yang indah dan selalu tersimpan
yang tidak ada seoranpun mengetahui kecuali para Ulama Allah. Ketika mereka menerangkannya maka tidak ada yang mengingkari kecuali orang-orang yang selalu lupa (tidak berzikir kepada Allah)” (H.R. Abu Abdir Rahman As-Salamy)

Di dalam hadis ini jelas ditegaskan menurut kata Nabi bahwa ada sebagian ilmu yang tidak diketahui
oleh siapapun kecuali para Ulama Allah yakni Ulama yang selalu Zikir kepada Allah. Ilmu tersebut sgt indah laksana perhiasan dan tersimpan rapi yakni ilmu Thariqat yang didalamnya terdapat amalan-amalan seperti Ilmu Latahif dan lain-lain.

Masih ingat kita cerita nabi Musa dengan nabi Khidir yang pada akhir perjumpaan mereka membangun sebuah rumah untuk anak yatim piatu untuk menjaga harta berupa emas yang tersimpan
dalam rumah, kalau rumah tersebut dibiarkan akn mbruk maka emasnya akan dicuri oleh perompak, harta tersebut tidak lain adalah ilmu hakikat dan makrifat yang sangat tinggi nilainya dan rumah yang dimaksud adalah ilmu syariat yang harus tetap dijaga untuk membentengi agar tidak jatuh ketangan yang tidak berhak.

Semakin tegas lagi pengertian di atas dengan adanya hadis nabi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
sebagai berikut :

“Aku telah hafal dari Rasulillah dua macam ilmu, pertama ialah ilmu yang aku dianjurkan untuk menyebarluaskan kepada sekalian manusia yaitu Ilmu Syariat. Dan yang kedua ialah ilmu yang aku
tidak diperintahkan untuk menyebarluaskan kepada manusia yaitu Ilmu yang seperti “Hai’atil Maknun”. Maka apabila ilmu ini aku sebarluaskan niscaya engkau sekalian memotong leherku (engkau menghalalkan darahku). (HR. Thabrani)

Hadis di atas sangat jelas jadi tidak perlu diuraikan lagi, dengan demikian barulah kita sadar
kenapa banyak orang yang tidak senang dengan Ilmu Maarifat? Karena ilmu itu memang amat rahasia, sahabat nabi saja tidak diizinkan untuk disampaikan secara umum, karena ilmu itu harus diturunkan dan mendapat izin dari Nabi, dari nabi izin itu diteruskan kepada Khalifah nya terus kepada para Aulia Allah sampai saat sekarang ini.

Jika ilmu Hai’atil Maknun itu disebarkan kepada orang yang belum berbaiah zikir atau “disucikan”
sebagaimana telah firmankan dalam Al-Qur’an surat Al-‘Ala, orang-orang yang cuma Ahli Syariat semata-mata, maka sudah barang tentu akan timbul anggapan bahwa ilmu jenis kedua ini yakni Ilmu Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat adalah Bid’ah dlolalah.

Dan mereka ini mempunyai I’tikqat bahwa ilmu yang kedua tersebut jelas diingkari oleh syara’.
Padahal tidak demikian, bahwa hakikat ilmu yang kedua itu tadi justru merupakan intisari daripada ilmu yang pertama, ertinya ilmu Thariqat itu intisari dari Ilmu Syari’at.

Oleh kerana itu jika anda ingin mengerti Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat secara mendalam maka
sebaiknya anda berbai’ah saja terlebih dahulu dengan Guru Mursyid (Khalifah) yang ahli dan diberi izin dengan taslim dan tafwidh dan ridho. Jadi tidak cukup hanya melihat tulisan buku-buku lalu mengingkari bahkan mungkin mudah timbul prasangka jelek terhadap ahli thariqat.

wallahu alam...
 Posted by Panglima
Pangeran Cakrabuana

No comments:

Post a Comment