Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku
akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala
Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini
termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau
mengingkari (akan ni’mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya
dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar,
maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (Surah An-Naml {27}: Ayat 40)
TAFSIR JALALYN
(Seorang yang mempunyai ilmu dari Al kitab) yang diturunkan
(berkata,) ia bernama Ashif ibnu Barkhiya; dia terkenal sangat jujur dan
mengetahui tentang asma Allah Yang Teragung, yaitu suatu asma apabila
dipanjatkan doa niscaya doa itu dikabulkan ("Aku akan membawa singgasana
itu kepadamu sebelum matamu berkedip") jika kamu tujukan pandanganmu itu
kepada sesuatu. Maka Ashif berkata kepadanya, "Coba lihat langit
itu", maka Nabi Sulaiman pun menujukan pandangannya ke langit, setelah itu
ia mengembalikan pandangannya ke arah semula sebagaimana biasanya, tiba-tiba ia
menjumpai singgasana ratu Balqis itu telah ada di hadapannya. Ketika Nabi
Sulaiman mengarahkan pandangannya ke langit, pada saat itulah Ashif berdoa
dengan mengucapkan Ismul A'zham, seraya meminta kepada Allah supaya Dia
mendatangkan singgasana tersebut, maka dikabulkan permintaan Ashif itu oleh
Allah. Sehingga dengan seketika singgasana itu telah berada di hadapannya.
Ibaratnya Allah meletakkan singgasana itu di bawah bumi, lalu dimunculkan-Nya
di bawah singgasana Nabi Sulaiman. (Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana
itu terletak) telah berada (di hadapannya, ia pun berkata, "Ini) yakni
didatangkannya singgasana itu untukku (termasuk karunia Rabbku untuk mencoba
aku) untuk menguji diriku (apakah aku bersyukur) mensyukuri nikmat, lafal ayat
ini dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil (atau mengingkari) nikmat-Nya. (Dan barang
siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya)
artinya pahalanya itu untuk dirinya sendiri (dan barang siapa yang ingkar) akan
nikmat-Nya (maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya) tidak membutuhkan kesyukurannya
(lagi Maha Mulia") yakni tetap memberikan kemurahan kepada orang-orang
yang mengingkari nikmat-Nya.
TAFSIR QURAISH SHIHAB
Seorang manusia yang diberi kekuatan spiritual dan ilmu
dari kitab berkata, "Aku akan mendatangkan singgasana itu lebih cepat
lagi: sebelum Paduka mengedipkan mata." Benar, orang itu langsung
melakukan apa yang dikatakannya. Ketika Sulaymân menyaksikan istana megah
berdiri tegak di hadapannya, ia berkata, "Ini, sungguh, sebagian nikmat
Allah yang telah menciptakanku, memberikan pertolongan kepadaku dengan
karunia-Nya, untuk mengujiku apakah aku mau mensyukuri nikmat-nikmat itu atau
tidak. Barangsiapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah terlepas
dari beban kewajiban. Dan barangsiapa tidak mau mensyukuri nikmat, maka
sesungguhnya Tuhan tidak membutuhkan syukur. Tuhanku Maha Pemurah dengan
nikmat-nikmat-Nya."
DISKUSI
Kitab di sini maksudnya kitab yang diturunkan sebelum Nabi
Sulaiman Aalaihis Salam, yaitu Taurat dan Zabur. Orang yang disebutkan itu bernama
Ashaf bin Barkhiya juru tulis Nabi Sulaiman, seorang yang shiddiq (yang sangat
membenarkan) yang mengetahui Ismul Aazham (nama Allah yang agung) yang jika
berdoa dengannya, maka akan dikabulkan, dan jika meminta dengannya, maka akan
dipenuhi.
Ada yang berpendapat, bahwa maksudnya, Lihatlah ke atas,
jika penglihatanmu sudah terasa lelah (dan engkau mengedipkan matamu), maka
singgasana itu akan hadir di depanmu. Menurut Wahab bin Munabbih, Tetaplah
melihat, maka setelah lama melihat, singgasana itu akan berada di hadapanmu. Lalu
dia (Ashaf) bangkit kemudian berwudhu serta berdoa kepada Allah Subhaanahu wa
Ta'aala. Mujahid berkata, Dia mengucapkan (dalam doanya), Yaa Dzal Jalaali wal
ikram.
Beliau memuji Allah atas pemberian-Nya dan kemudahan
dari-Nya.
Beliau 'alaihis salam tidak tertipu oleh kerajaannya dan
kekuasaannya seperti halnya kebiasaan raja-raja yang jahil (bodoh). Bahkan
Beliau mengetahui, bahwa hal itu adalah ujian dari Tuhannya, dan Beliau
khawatir jika sampai tidak bersyukur atas nikmat itu. Selanjutnya Beliau
menerangkan, bahwa manfaat syukur itu kembalinya kepada manusia, tidak kepada
Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Yakni, tidak berterima kasih atas nikmat itu. Tidak butuh syukur hamba-Nya.
Kebaikan-Nya merata baik kepada orang yang bersyukur
maupun orang yang kufur, hanya saja mensyukuri nikmat-Nya menjadikannya
bertambah, sedangkan mengkufuri nikmat-Nya menjadikannya hilang.
Posted by Panglima Pangeran Cakrabuana
No comments:
Post a Comment